Selasa, 19 April 2016

SEMINAR SEHARI



Alhamdulillah… untuk pertama kalinya Selama hamil kedua ini aku dapat mengikuti acara seminar. Yah.. bumil ini akhirnya Allah beri kesehatan juga setelah sebelumnya hanya bisa terbaring lemah.  Sungguh nikmat yang tiada  terkira rasanya. Ternyata memang nikmat sehat itu adalah anugerah Allah yang luar biasa, yang selama ini sering kita lupakan ketika kita sehat.
Nah.. walaupun sebenarnya sempat galau juga mau ikutan seminar yang  mana, antara seminar menulis bersama Asma Nadia dan seminar gizi (sebel banget sih acaranya bentrok pula, karena pengennya sih bisa ikut keduanya), namun setelah berpikir panjang kali lebar, maka aku putuskan untuk mengikuti acara seminar gizi saja, karena mengingat, menimbang dan memutuskan (apaan sih) hal ini sangat berhubungan dengan profesi sendiri, dan juga karena sudah sangat lama tidak berjumpa dengan temen-teman alumni. So… bisa jadi ajang reunin nih.. hihi.
Seminar sehari yang diadakan oleh ASDI (Asosiasi Dietesien Indonesia) wilayah Aceh ini mengambil judul seminar tentang Peningkatan mutu pelayanan gizi Dalam pemenuhan standart akreditasi rumah sakit, nah loh aku kan kerjanya di puskesmas, tenang aja sedikit tidaknya bisa juga kok diterapkan di puskesmas karena ini berkaitan dengan pelayanan gizi terhadap pasien, apalagi puskesmas kami adalah puskesmas rawat inap.


Seminar yang diadakan di gedung pemko lantai 4 ini diawali dengan pembukaan dan pelantikan pengurus-pengurus Asdi Aceh, dengan ketua ibu Devi Yuliani DCN. Baru kemudian dilanjutkan dengan acara seminar yang menghadirkan 3 pemateri.
Materi pertama disampaikan oleh Dr Martalena br Purba, MCN yang merupakan ketua Asdi pusat. Beliau menjelaskan tentang baagaimana standar pelayanan asuhan gizi di rumah sakit Dalam pemenuhan standart akreditasi. Doctor gizi jebolan Monash Uni Melbourne Australia ini menjelaskan bahwa 2 poin utama Dalam standar akreditasi rumah sakit yaitu yang berfokus pada pasien dan pada manajemen. Sedangkan proses asuhan gizi terstandart itu dimulai dari skrining gizi. Yang mana skrining gizi sangat jarang dilakukan.
Materi kedua disampaikan oleh ibu Iche (lupa nama lengkap beliau) tentang bagaimana penyelenggaraan makanan Rumah Sakit berdasarkan standar akreditasi Rumah sakit. Namun materi kedua ini aku tidak lagi focus mendengarkan karena bumil ini sudah tidak nyaman lagi duduk terlalu lama, sehingga aku keluar ruangan untuk mencari udara segar dan meluruskan badan yang sakit dan pegalnya minta ampun, sambil ngobrol ngalur ngidul sama teman-teman alumni yang jadi panitia.. ah senang nya bisa berjumpa dengan teman-teman setelah sekian lama tak bersua.

Setelah ishoma, acara pun dilanjutkan dengan materi ketiga yang disampaikan oleh bapak Junaidi, SST, M.Kes dosen kuliahku dulu, beliau menyampaikan tentang bagaimana teknis perhitungan satuan kredit (SKP) Dalam rangka memenuhi persyaratan sertifikasi yang sangat diperlukan untuk tenaga gizi baik yang bekerja di rumah sakit ataupun di puskesmas dan juga di lembaga lain.
Akhirnya.. selesai juga acara seminarnya, badanku sudah benar-benar letih duduk seharian. Ingin segera pulang dan merebahkan tubuh di kasurku. Namun tunggu di jemput dulu oleh suami tercinta. Sambil menunggu jemputan bernostalgia dulu deh sama teman-teman.. tak lupa jepret sana sini.. hihihi.. 



Oh ya tak lupa juga foto bersama 2 ibu pemateri




Setelah puas ngobrol dan berfoto dengan teman-teman dan juga tak lupa saling berbagi nomer pin bbm masing-masing, dari jauh tampak anak dan suami tercinta datang menjemput. Ah.. bahagianya melihat Maryam yang riang sekali menjemput uminya karena sudah seharian tak bertemu.

Banda Aceh, 02 April 2016

Senin, 21 Maret 2016

Maafkan Aku Wahai Diri



Maafkan aku wahai diri
Telah lama aku menzholimimu
Telah lama sekali aku tak menulis
Hampir saja terlupakan olehku azzam yang dulu pernah kuucapkan dalam hati
Bahwa aku akan terus menulis
Menulis untuk berbagi
Menulis untuk mengingatkan
Menulis untuk menyebar kebaikan
Menulis untuk dakwah
dan menulis dengan hati

Duhai hati..
Maafkan aku yang telah ingkar
Ingkar terhadap apa yang telah kucamkan dalam hati
Amanah-amanah itu  membuatku merasa tak cukup waktu
untuk sedikit saja meluangkan waktu dalam  menciptakan tulisan
Ah.. betapa naifnya aku.
Mencari-cari alasan yang membuat diri semakin terpasung dalam lorong bernama kemalasan.

Kini aku tersadarkan kembali bahwa  kita tak akan pernah punya waktu
Jika kita bisa menyadarinya
Hasan Albanna mengatakan waktu itu lebih sempit
dibandingkan dengan tugas yang harus kita kerjakan

Saatnya kembali berbenah
Aku akan memulai lagi semuanya
Membuang jauh-jauh segala keangkuhan yang sengaja memasung produktivitasku
Sungguh..  jauh didasar qalbuku aku tak pernah rela berhenti menulis.

*Semoga tulisan ini membangkitkan kembali ghirahku
**Rindu semangat menulis